Jumat, 13 Desember 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan yang sangat penting bagi manusia untuk dapat meneruskan kehidupan di muka bumi ini. Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari pertanian. Untuk itu perlu di adakan Pembangunan Pertanian. Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh- tumbuhan dan hewan.

B.      Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pembangunan pertanian?
2.      Apa tujuan pembangunan pertanian?
3.      Apa usaha-usaha pokok pembangunan pertanian?
4.      Apa peranan pertanian dalam perekonomian Indonesia?

 C.      Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian pembangunan pertanian
2.      Menjelaskan tujuan pembangunan pertanian
3.      Menjelaskan usaha-usaha pokok pembangunan pertanian
4.      Menjelaskan peranan pertanian dalam perekonomian Indonesia

D.      Manfaat Penulisan
1.  Mahasiswa diharapkan mampu memahami pengertian dan tujuan pembangunan pertanian
2.      Mahasiswa diharapkan mampu memahami usaha-usaha pokok serta peranan pertanian dalam perekonomian indonesia


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh- tumbuhan dan hewan.

B.     Tujuan pembangunan pertanian
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dijelaskan bahwa pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Maju, efisien, dan tangguh dalam ekonomi pertanian mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu, bagi sektor pertanian sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transpor, perdagangan, dan keuangan/perkreditan.
Menurut Garis-Garis Besar Haluan Negara dan pelaksanaan Pelita II pembangunan pertanian ditujukan untuk:
1.  Meningkatkan Produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non terigu, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui penyediaan protein, lemak, vitamin, dan mineral.
2.     Meningkatkan tingkat hidup petani melalui peningkatan penghasilan petani.
3. Memperluas lapangan kerja disektor pertanian dalam rangka perataan pendapatan.
4.    Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian.
5. Meningkatkan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri untuk menghasilkan barang jadi atau setengah jadi.
6.   Memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumber alam, serta memilihara dan memperbaiki lingkungan hidup.
7.   Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan serasi dalam kerangka pembangunan daerah. Tujuan akhir dari pembangunan semesta ini adalah terciptanya masyarakat yang adil, makmur, baik material maupun spiritual yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka dari itu pembangunan pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan ekonomi harus selau diarahkan agar dapat tercapainya tujuan akhir tersebut.

 C.    Usaha Pokok Pembangunan Pertanian
Usaha pokok pembangunan pertanian secara terus menerus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan, yaitu:
1.       Intensifikasi adalah upaya peningkatan produktivitas sumber daya alam seperti peningkatan penggunaan lahan kering, perairan dan area pasang surut serta pemanfaatan sarana produksi, pestisida, pupuk, air, dan lain-lain.
2.    Ekstensifikasi adalah usaha untuk memperluas sumber daya alam seperti memeperluas area panen baik tanaman pangan atau tanaman perkebunan, perluasan area tangkapan ikan, perluasan penanaman rumput untuk pakan ternak, serta memperluas sumber daya lainya.
3.     Diversifikasi dilakukan sebagai upaya menciptakan keanekaragaman dalam melakukan usaha tani baik secara vertikal mulai kegiatan produksi hingga pemasaran, maupun horizontal yakni merupakan penyeimbangan antara komoditi dan wilayah. Diversifikasi juga dapat diterapkan dalam pemilihan lokasi pembangunan pertanian sehingga terjadi keseimbangan antara provinsi maju dan provinsi kurang maju.
4.     Rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan atau mengembalikan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang rusak atau kritis serta membahayakan kondisi lingkungan.  Serta memulihkan kemampuan produktifitas usaha tani di daerah rawan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

  
D. Peranan pertanian dalam perekonomian Indonesia
  1. Penghasil bahan pangan; apabila pangan cukup tersedia maka stabilitas nasional bisa terjamin akan tetapi apabila pangan tidak cukup tersedia maka stabilitas nasional akan terganggu. Tingkat ketergantungan terhadap impor beras merupakan permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan beras dalam negeri
  2. Penyedia lapangan kerja; lebih dari setengah tenaga kerja Indonesia bergantung hidupnya dari sektor pertanian. Pertanian rakyat di Indonesia tidak mengenal adanya PHK sehingga mampu menampung berapapun kelebihan tenaga kerja.
  3. Pendorong munculnya kesempatan berusaha; adanya multiplier effect dari sektor pertanian yang cukup besar sehingga akan mendorong bidang usaha yang lain dan munculnya lapangan kerja baru di sektor lain.
  4. Penyedia faktor produksi; bahan-bahan hasil produksi pertanian merupakan bahan baku bagi industri. Kelapa sawit sebagai bahan baku untuk minyak goreng, kosmetik, dan lain-lain. Karet sebagai bahan baku untuk pembuatan ban. Dengan demikian agar industri tersebut dapat berkembang dengan baik akan sangat tergantung pada keberhasilan sektor pertanian dalam memproduksi hasil tanaman.
  5. Penghasil devisa; ekspor komoditi pertanian menjadi andalan untuk mendapatkan devisa. Hal ini diakibatkan karena sektor migas tidak mampu lagi menjadi andalan dalam ekspor.   


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Kata pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Sehingga pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Tujuannya yaitu, meningkatkan Produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non terigu, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui penyediaan protein, lemak, vitamin, danmineral. Meningkatkan tingkat hidup petani melalui peningkatan penghasilan petani. Memperluas lapangan kerja disektor pertanian dalam rangka perataan pendapatan. Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Meningkatkan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri untuk menghasilkan barang jadi atau setengah jadi. Memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumber alam, serta memilihara dan memperbaiki lingkungan hidup. Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan serasi dalam kerangka pembangunan daerah.Usaha pokok pembangunan pertanian secara terus menerus ditingkatkan melalui kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi.



DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia “Pembangunan Pertanian”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_Pertanian. Di akses pada tanggal 21 November 2018.
Panggabean, Andreas. “ Pengetahuan Pembangunan Pertanian Indonesia : Pembangunan Pertanian ”, http://andsgabe.blogspot.in/2010/09/pembangunan-pertanian.html?m=1. Di akses pada tanggal 21 November 2018.


Download file makalah : [ Download ]

BAB 1
PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang
     Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu,bahan ajar,dan metode yang tepat,akan tetapi mampu memotivasi siswa,memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.Profesionalisme guru secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan.Guru yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan.Namun,untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah.
     Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun selalu menjadi program pemerintah. Salah satunya dengan ditetapkannya UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Kualitas pendidikan ditentukan oleh  penyempurnaan integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru, penyebaran guru yang merata,kurikulum,sarana dan prasarana yang memadai,suasana  pembelajaran yang kondusif,dan kualitas guru yang meningkat dan didukung oleh kebijakan pemerintah.Guru merupakan titik sentral peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar.Oleh sebab itu peningkatan profesionalisme guru merupakan suatu keharusan.
Dewasa ini banyak sekali guru-guru diberbagai tingkat pendidikan yang masih jauh dari sikap profesional.Kebanyakan mereka masuk kesuatu tingkat sekolah tertentu masih mempunyai sikap acuh tak acuh.Diatara mereka hanya berkerja untuk mengajar saja tanpa memikirkan bagaimana mengajar yang baik,tanpa memikirkan bagaimana membuat administrasi pendidikan yang baik dan kadang-kadang juga hanya sekedar menjalankan tugas.Sehingga,proses belajar dan pembelajaran di negara kita masih jauh ketinggalan dengan negara berkembang lainnya.
  
1.2  Rumusan Masalah
Terdapat tiga masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini
a.            Apa pengertian sikap profesional keguruan?
b.            Apa pengertian kinerja professional guru?
c.             Bagaimana sasaran sikap keprofesional?
d.            Bagaimana pengembangan sikap profesinal?

1.3 Tujuan
    Adapun yujuan penulisan makalah ini adalah:
a.            Untuk mengetahui pengertian sikap profesional keguruan
b.            Untuk memahami pengertian dari kinerja proesional guru
c.             Untuk mengetahui sasaran sikap professional
d.            Untuk mengetahui pengembangan sikap profesional




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap Profesional Guru
             Berikut defenisi dari sikap profesional guru; Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, “Sikap” adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.
            Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan Sikap seseorang pada suatu objek adalah Perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 dalam usman, 2005).
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Selanjutnya dijelaskan menurut Arifin (2000), bahwa guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai.
a)      Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21.
b)      Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
c)      Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru   merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator(Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas ditambah dengan pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.


2.2 Pengertian Kinerja Profesional Guru
Kinerja profesional terdiri dari dua kata, yaitu kinerja dan profesional. Istilah kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau prestasi merupakan pengalih bahasaan dari kata Inggris ‘performance’. Terdapat beberapa pengertian mengenai kinerja dalam Utami (2011), yaitu sebagai berikut.
1.      Mangkunegara mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.      Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
3.      Bernandin dan Russell mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, definisi kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu organisasi pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi di mana individu tersebut bekerja.
Sedangkan profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, yang dimiliknya yang merupakan jalan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari apa yang berupa perkerjaanya.
Dengan demikian, kinerja profesional merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi di mana individu tersebut bekerja.

  2.3 Sasaran Sikap Profesional
    a. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
            Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia di sebutkan bahwa : “guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan dan kebudayaan. Dalam rangka pengembangan di bidang pendidikan di indonesia departemen pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatanya, yang meliputi anatara lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan meningkatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.
            Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan kedalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya di jabarkan ke dalam program-program umum pendidikan.
            Guru merupakan unsure aparatur Negara dan abdi Negara. karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut.

     b. Sikap Terhadap Organisasi Profesional
            Guru secara bersama-sama memlihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan , agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai mana usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban bagi para anggotanya. Organisi PGRI merupakan suatu system ,dimana unsur pembentukannya adalah guru-guru. oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan system. Ada hubungan timbal antara profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.




   c. Sikap Terhadap Teman Sejawat
            Dalam ayat 7 kode etik guru disebut bahwa “ guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. ini berarti bahwa:
 (1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya , dan
 (2) guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
            Dalam hal ini kode etik guru indonesia menunjukan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu di ciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan antara sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.

  d. Sikap Terhadap Anak Didik        
            Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan Pendidikan Nasional, Prinsip Membimbing, dan Prinsip Pembentukan Manusia Indonesia seutuhnya.
            Tujuan pendidikan Nasional dengan jelas dapat dibaca dalam undang-undang  No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar , atau mendidik saja. Pengertian membimbing sepeti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun kurso, dan tutwuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh,harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.

  e. Sikap terhadap tempat kerja
            Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meninggalkan produktivitas. Hal ini di sadari dengan sebiak-baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) guru sendiri, (b) hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.
            Terhadap guru sendiri dengan jelas juga ditulikan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi: “ Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya  yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”. oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas mantap, ataupun pendekatan lainnya yang diperluka.

     f. Sikap terhadap pemimpin
            sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar  (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru , ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai kepusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, Kakandep, dan seterusnya sampai ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
            Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, dimana tiap anggota organisasinya itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.

    g. Sikap Terhadap Pekerjaan
            Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
            Orang yang telah memilih suatu karir tertentu biasanya akan berhasil baik bila mencintai karirnya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apapun agar karirnya berhasil baik, ia commited dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya.
            Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat dalam hal ini peserta didik dan para orng tuanya. Keinginan dan permintaan ini selelu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya di pengaruhi perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karenanya, guru selalu di tuntut untuk secara terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang ke enam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
            Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

2.4  Pengembangan Sikap Profesional
1.      Pengembangan Sikap Selama Prajabatan
          Dalam pendidikan prajabatan, calon guru di didik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukandalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik , guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebeb itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
            Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya dilembagapendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional di rancang an dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.

2.      Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan
            Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangkapeningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdian seabgai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio koran dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini sering dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus juga dapat meningkatkan sikap profesional keguruan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
          Sikap Profesional Guru adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.
            Profesionalisme seorang guru juga harus dikembangkan untuk meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya baik pada masa Pra-jabatan ataupun dalam jabatan karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru selalu mengadakan pembaharuan dengan tuntutan tugasnya.

B.     Saran
     Sebagai professional, seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan.

  


DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/08/makalah-profesi-keguruan/ di akses 11 Oktober 2018
http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html di akses 11 Oktober 2018

 Download file makalah: [ Download ]




Rabu, 11 Desember 2019

    PMP tahun ini sedang menghadapi keadaan darurat yang sungguh diluar dugaan. Pasalnya menghadapi penghujung Tahun 2019 ini keadan server dan aplikasi masih kacau balau dimana perbaikan masih terus dilakukan hingga berkali-kali selalu menambahkan jumlah hari perbaikan yang hingga saat ini ditambah lagi menjadi tanggal 15 Desember 2019 sebagai hari akhir perbaikan. Semoga perbaikan ini menjadi yang terakhir sehingga kita sebagai operator sekolah bisa mengerjakan dengan cepat tanpa ada kendala suatu apapun.


     Jadi untuk sobat-sobat operator sekolah sekalian yang belum bisa melakukan sinkronisasi EDS Offline 2019 hendaknya bersabar dan menunggu update selanjutnya.



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, murid harus berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab,  dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya dalam interaksinya dengan lingkungan.

Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Untuk itu sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang layanan dan konseling di sekolah.

B.      Rumusan Masalah
1.       Bagaimana pengertian bimbingan dan konseling di sekolah?
2.       Apa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah?
3.       Apa cirri-ciri dan fungsi bimbingan konseling di sekolah?
4.       Apa asas-asas dan peran bimbingan konseling disekolah?

C.      Tujuan Penulisan
Mahasiswa diharapkan memahami apa yang menjadi pokok-pokok bahasan dalam materi bimbingan konseling yang dipaparkan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan behwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
1.       Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Menurut jones (1963), Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing adalah hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tegantung kepada individu yang dibimbing (klein).
Menurut Rochman natawidjaja (1978): bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat  memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarrahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan subangan yang berarti.
2.       Pengertian Konseling
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/ konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahakan masalah yang di hadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi  yang dimiliki secara optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kepeanfaatan social.





B.     Tujuan Bimbingan di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. sekolah adalah membantu siswa. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah untuk:
1.       Mengatasi kesulitan dala belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
2.       Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3.       Mengatasi kesulitan-kesulita yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4.       Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5.       Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6.       Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.

Di samping tujuan-tujuan tersebut, Downing (1968) juga mengemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri, yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial spikologis mereka, merealisasikan keinginannnya, serta mengembangkan kemampuan atau potensinya.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

C.    Ciri-ciri Kegiatan Konseling
1.       Dilakukan secara berkesinambungan
2.       Dilakukan dalam perjumpaan tatap muka
3.       Perlu orang yang ahli dibidang konseling
4.       Tujuannya memecahkan masalah klien
5.       Klien akhirnya mampu memecahkan masalahnya sendiri




D.    Fungsi Bimbingan di Sekolah
           Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1.       Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan  pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.        Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat -obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3.        Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/ Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.       Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5.       Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.       Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7.       Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.       Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9.       Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10.    Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi -kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseling.

Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., adalah sebagai berikut:
1.       Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
2.       Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak;
3.       Memberi nasehat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya;
4.       Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan sebagainya


E.     Peranan Dan Bimbingan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut;
1.       Hasil belajar rendah, di bawah rata-rata kelas.
2.       Hasil yang dicapai tidak seimbang denga usaha yang dilakukannya.
3.       Menunjukkan sikap yang kurang wajar; suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4.       Menunjukkan tingakah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu, dan sebagainya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai maslah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan komseling dapat memberikan layanan dalam; (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, dan (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.

F.     Orang Yang Dapat Membimbing Di Sekolah
Sipakah yang dapat menjadi pembimbing di sekolah? Untuk menjawab pertanyaan ini ada 2 kemungkinan yang dapat ditempuh, yaitu:
1.       Pembimbing di sekolah dipegang oleh orang yang khusus dididik menjadi konselor, jadi merupakan tenaga khusus yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan tidak menjabat pekerjaan lain
2.       Pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing (teacher conselor), yaitu guru yang di samping menjabat guru juga menjadi pembimbing.

G.    Asas-asas Dan Bimbingan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan.
1.       Asas kerahasiaan: Asas ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.
2.       Asas keterbukaan: ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan.
3.       Asas kesukarelaan: Asas ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas permasalahannya.
4.       Asas kekinian: Fokus pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan dalam pertemuan konseling.
5.       Asas kegiatan: Konseling dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan. Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien
6.       Asas kedinamisan: Dinamis merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik
7.       Asas keterpaduan: Dalam pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses layanan.
8.       Asas kenormatifan: Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9.       Asas keahlian: Proses konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling
10.   Asas alih tangan: Asas ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.
11.   Asas tut wuri handayani: Makna layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan datang

H.    Orientasi Bimbingan dan Konseling
1.       Orientasi individual
Berdasarkan pada perbedaan yang bersumber  dari latar  belakang  pengalaman, pendidikan , sifat kepribadian yang dimiliki, status dan kelas sosial tertentu.
2.       Orientasi perkembangan
Setiap periode perkembangan  mempunyai tugas  perkembangan sendiri yang harus di capai pada masanya, karena akan berpengaruh pada tahap selanjutnya.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
               Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi serta bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal/sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
               Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang dihadapi sering kali oleh siswa memerlukan bantuan professional. Sekolah harus dapat menyediakan layanan professional yang dimaksud berupa layanan bimbingan dan konseling, karena sekolah merupakan lingkungan akan yang terpenting sesudah keluarga.




DAFTAR PUSTAKA

Blog “Bimbingan dan Konseling ”, https://dirgamath29.wordpress.com/2013/06/14/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/. Di akses pada tanggal 21 November 2018.
Blog. “ Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, https://goffrot.blogspot.com/2016/12/makalah-bimbingan-dan-konseling-di.html. Di akses pada tanggal 21 November 2018.


Tanggal

Statistik

Popular Posts